Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen: Perbedaan, Contoh, dan Pembahasan

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen: Perbedaan, Contoh, dan Pembahasan

  • Unsur Intrinsik dan ekstrinsik cerpen adalah elemen-elemen yang berasal dari dalam dan luar cerita itu sendiri yang membangun sebuah cerita pendek.
  • Unsur intrinsik adalah elemen-elemen yang berasal dari dalam cerita itu sendiri dan menjadi komponen pembentuk utamanya.
  • Unsur ekstrinsik adalah elemen-elemen yang berasal dari luar cerita dan mempengaruhi pembentukan cerita.

Cerpen atau cerita pendek adalah salah satu bentuk karya sastra yang cukup populer di Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerpen adalah kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi pada suatu ketika.

Dalam setiap cerpen, terdapat unsur-unsur yang membentuk dan mempengaruhi ceritanya. Unsur-unsur tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen.

Memahami kedua unsur ini sangat penting bagi siapa saja yang ingin menjadi penulis atau hanya sekadar menikmati karya sastra dengan lebih mendalam.

Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur intrinsik adalah elemen-elemen yang berasal dari dalam cerita itu sendiri dan menjadi komponen pembentuk utamanya. Tanpa unsur intrinsik, sebuah cerpen tidak akan terbentuk dengan baik. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang setiap unsur intrinsik pada cerpen.

Tema

Tema merupakan ide dasar atau gagasan utama yang mendasari keseluruhan cerita. Tema menjadi “ruh” dari cerpen dan memberikan arah bagi pengembangan alur cerita, karakter, dan latar.

Misalnya, jika sebuah cerpen bertemakan “perjuangan hidup,” maka cerita tersebut kemungkinan besar akan berisi konflik dan perjuangan tokoh utamanya.

Contoh: Dalam cerpen “Penulis Tua” karya Haryo Pamungkas, tema yang diusung adalah kehidupan dan kenangan masa lalu.

Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku dalam cerita yang memiliki peran penting dalam pengembangan alur cerita. Tokoh-tokoh dalam cerpen bisa dikategorikan sebagai protagonis (tokoh utama), antagonis (tokoh yang berlawanan dengan protagonis), tritagonis (tokoh pendukung) dan figuran (tokoh tambahan).

Penokohan adalah cara penulis menggambarkan karakter dari tokoh-tokoh tersebut. Penokohan dapat dilakukan secara langsung melalui deskripsi fisik dan perilaku tokoh, maupun secara tidak langsung melalui dialog dan interaksi dengan tokoh lain.

Contoh: Dalam “Penulis Tua,” tokoh utama adalah seorang kakek tua yang menyayangi cucunya, Alenia. Kakek tua digambarkan memiliki karakter yang penyayang dan reflektif.

Alur Cerita

Alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis untuk membentuk cerita. Alur dapat dibagi menjadi tiga jenis: alur maju, alur mundur, dan alur campuran.

Alur maju mengikuti urutan waktu dari awal hingga akhir, alur mundur memulai cerita dari akhir ke awal, sedangkan alur campuran adalah kombinasi keduanya.

Contoh: “Penulis Tua” menggunakan alur campuran, dengan kakek tua merenungkan masa lalunya sambil berinteraksi dengan cucunya di masa kini.

Latar

Latar adalah setting atau konteks di mana cerita berlangsung. Latar bisa berupa latar tempat, waktu, dan suasana. Latar memberikan dimensi tambahan pada cerita dan membantu pembaca membayangkan adegan dengan lebih jelas.

Contoh: Latar dalam “Penulis Tua” meliputi rumah, taman, jembatan, dan suasana pagi serta sore hari yang mendukung suasana reflektif dari cerita.

Sudut Pandang

Sudut pandang adalah posisi atau cara pandang pengarang dalam menyampaikan cerita. Beberapa jenis sudut pandang yang umum digunakan dalam cerpen adalah sudut pandang orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga.

Contoh: “Penulis Tua” menggunakan sudut pandang orang pertama, yang ditandai dengan penggunaan kata “aku” dan memberikan kedalaman emosional pada karakter utamanya.

Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara penulis menggunakan kata-kata untuk menyampaikan cerita. Gaya bahasa dapat bervariasi mulai dari yang sederhana hingga kompleks, tergantung pada tema dan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Beberapa bentuk gaya bahasa antara lain personifikasi, metafora, hiperbola, litotes, dan simile.

Contoh: Dalam “Penulis Tua,” gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yang mudah dipahami namun penuh dengan makna mendalam.

Amanat

Amanat adalah pesan moral atau pelajaran yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca melalui cerita. Amanat biasanya tersirat dalam keseluruhan alur cerita dan konflik yang dihadapi oleh tokoh-tokoh dalam cerpen.

Contoh: Amanat dalam “Penulis Tua” adalah pentingnya memanfaatkan masa muda untuk memperbanyak kenangan indah dan refleksi diri.

Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur ekstrinsik adalah elemen-elemen yang berasal dari luar cerita dan mempengaruhi pembentukan cerita. Berikut adalah penjelasan tentang unsur-unsur ekstrinsik pada cerpen.

Latar Belakang Masyarakat

Latar belakang masyarakat adalah faktor eksternal seperti ideologi negara, kondisi politik, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi cerita. Unsur ini mencerminkan realitas masyarakat tempat cerita berkembang.

Contoh: Cerpen berlatar belakang masyarakat yang sedang mengalami krisis ekonomi mungkin akan berfokus pada kesulitan hidup dan perjuangan tokoh-tokohnya.

Latar Belakang Pengarang

Latar belakang pengarang meliputi riwayat hidup, kondisi psikologis, keilmuan, dan pengaruh sastra yang dianut oleh penulis. Latar belakang ini sangat mempengaruhi cara pandang pengarang dalam menulis cerita dan tema yang dipilihnya.

Contoh: Penulis yang pernah mengalami kehidupan di desa mungkin akan lebih cenderung menulis cerita-cerita dengan latar pedesaan dan nuansa kehidupan sederhana.

Nilai-nilai dalam Cerpen

Nilai-nilai adalah prinsip-prinsip moral, agama, sosial, dan budaya yang dijunjung oleh masyarakat dan diterapkan dalam cerita. Nilai-nilai ini memberikan makna tambahan dan pesan moral pada cerita.

Contoh: Cerpen yang mengangkat tema tentang kasih sayang orang tua mungkin akan mengandung nilai-nilai tentang pentingnya menghormati dan menyayangi orang tua.

Perbedaan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen

Perbedaan utama antara unsur intrinsik dan ekstrinsik terletak pada sumber asalnya.

Unsur intrinsik berasal dari dalam cerita itu sendiri dan membentuk dasar cerita, seperti tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.

Sedangkan unsur ekstrinsik berasal dari luar cerita dan mempengaruhi pembentukan cerita secara tidak langsung, seperti latar belakang masyarakat, latar belakang pengarang, dan nilai-nilai yang ada dalam cerpen.

Meskipun berbeda, kedua unsur ini saling melengkapi dalam membentuk sebuah cerpen yang utuh. Unsur intrinsik memberikan struktur dan makna pada cerita, sementara unsur ekstrinsik memberikan konteks yang membuat cerita lebih relevan dan dapat dipahami oleh pembaca.

Contoh Cerpen dengan Unsur Intrinsik Lengkap

Agar lebih memudahkan pemahaman tentang unsur intrinsik dalam cerpen, mari kita analisis cerpen “Penulis Tua” karya Haryo Pamungkas.

Penulis Tua
Karya: Haryo Pamungkas

Tidak ada yang lebih menarik dari orang berumur 80 tahun sepertiku selain merenung dan mengenang. Sudah tak ada gairah untuk masa depan, tak ada ambisi, semua yang kudapat sampai saat ini terasa sudah cukup. Sisa bekal kesiapan untuk dunia selanjutnya. Dan menunggu. Seperti antre dalam loket pembayaran.

Kenang-kenangan masa lalu mirip potongan puzzle yang mulai terbentuk satu per satu ketika merenung. Kenangan sewaktu muda bersama almarhumah istriku, atau soal lika-liku kehidupan yang pernah kujalani.

Barakali inilah fase paling menarik dalam hidup: mengenang masa lalu. Setelah semua hal buruk dan baik datang silih berganti sebagai bumbu perjalanan usia. Inilah fase itu, ketika diam-diam aku tertawa membayangkan permainan masa kecil yang begitu menyenangkan bersama sahabat-sahabat kecil yang entah di mana sekarang.

Atao terkadang, ketika melihat cucuku Alenia, aku membayangkan, apakah anak kecil sekarang masih merasakan betapa menyenangkannya bermain di sungai yang jernih, atau memanjat pohon kelapa setelah riang bermain sepakbola di tanah lapang?

Sedikit banyak kuamati anak-anak kecil—khususnya yang tumbuh di kota—sekarang lebih senang bermain gadget. Aku membayangkan betapa tidak serunya ketika nanti mereka sudah seusiaku, hal apa yang bisa dikenang? Jika hidup hanya dihabiskan di depan layar kotak yang bisa memuat segalanya?

“Kakek, kakek…” lamunanku buyar ketika mendengar suara manis dari cucuku, Alenia.

“Iya sayang?”

“Coba lihat, tadi Alenia disuruh menggambar di kelas. Ini gambar buat kakek.” Dengan senangnya gadis kecil yang giginya masih belum genap itu menyerahkan selembar kertas yang berisi gambar padaku.

“Mana? Coba kakek lihat.”

“Ini gambar Alenia? Bagus ya…”

Gadis kecil itu hanya meringis, tersipu malu.

Inilah potret keceriaan alami dari seorang bocah yang seharusnya selalu diam-diam aku rindukan dengan ingatan cerah dalam masa lalu.

Kelembutan kasih sayang meresap dalam kalbu. Keceriaan Alenia dan ketulusannya dalam setiap goresan gambar membuat semua hal buruk dalam hidup terasa agak ringan untuk dikenang.

Alenia menggambarkan gedung-gedung tinggi dengan mobil-mobil yang berjejer di jalanan.

“Kenapa Alenia menggambar gedung-gedung ini?” tanyaku penasaran.

”Alenia coba menggambar kota dan gedung, Kek. Ini kota Alenia,” jawabnya.

Perasaan haru menyelinap dalam hatiku. Waktu terus berjalan dan anak-anak tumbuh dengan cara mereka sendiri.

“Alenia pernah lihat sawah atau sungai?”

“Pernah, Kek. Di dekat sekolah Alenia ada sungai, tapi sungainya bau. Sawah juga pernah dilihat di sini,” katanya sambil menunjukkan telepon genggam kecil yang dia terima sebagai hadiah.

Aku tersenyum. Inilah zamannya anak-anak mengenal yang maya lebih banyak daripada yang nyata.

”Gadget itu, sayang, bukan satu-satunya cara untuk mengenal dunia. Kita harus lebih banyak mengalaminya secara langsung,” batinku.

_Berbicara kepada anak kecil berarti membentuk kenangan yang akan dia bawa sepanjang hidupnya.**

Identifikasi Unsur Intrinsik dalam “Penulis Tua”:

  • Tema: Kehidupan dan kenangan masa lalu.
  • Tokoh dan Penokohan: Kakek tua yang reflektif dan menyayangi cucunya. Alenia, cucunya, memiliki sifat periang dan penuh rasa ingin tahu.
  • Alur: Campuran antara alur maju dan mundur, menggabungkan masa kini dan kenangan masa lalu.
  • Latar: Rumah, taman, jembatan, lingkungan kota dan suasana pagi serta sore hari.
  • Sudut Pandang: Orang pertama, ditandai dengan penggunaan kata “aku” yang memberikan kedalaman emosional.
  • Gaya Bahasa: Bahasa sehari-hari yang mudah dipahami namun bermakna dalam, dengan penggunaan metafora untuk menyampaikan perasaan mendalam.
  • Amanat: Pentingnya memanfaatkan masa muda untuk memperbanyak kenangan indah dan refleksi diri.

Kesimpulan

Memahami unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerpen sangatlah penting bagi pembaca maupun penulis. Unsur intrinsik memberikan struktur dan makna dasar pada cerita, sementara unsur ekstrinsik memberikan konteks yang mendalam dan relevan. Keduanya saling melengkapi untuk menciptakan sebuah karya sastra yang utuh dan bermakna. Melalui analisis terhadap cerpen “Penulis Tua” karya Haryo Pamungkas, kita dapat melihat bagaimana unsur-unsur ini bekerja bersama untuk menciptakan cerita yang indah dan bermakna. Membaca dan memahami cerpen dengan melihat kedua aspek ini akan memberikan pengalaman yang lebih kaya dan mendalam pada pembaca.

Dengan demikian, mari kita terus mendalami karya-karya sastra, baik sebagai pembaca maupun penulis, untuk memahami lebih dalam lagi setiap unsur yang membentuk cerita. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang ingin lebih menikmati dan menciptakan cerita pendek yang bermakna.

Referensi:

  • Quipper.com. Unsur-unsur Intrinsik dan Ekstrinsik pada Cerpen, Lengkap dengan Contoh
  • Umsu.ac.id. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Pada Cerpen
  • Ilustrasi oleh unsplash.com