Rangkuman
- Sebagian besar wilayah Gorontalo diguncang oleh gempa berkekuatan 6.4 magnitudo pada 24 September 2024.
- Skala Magnitudo adalah sistem pengukuran kekuatan gempa bumi yang menggambarkan besaran energi seismik yang dipancarkan oleh sumber gempa dan diukur menggunakan seismograf.
Gempa bumi adalah fenomena alam yang tak terduga dan sering terjadi di Indonesia. Letak geografis Indonesia yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar dunia menjadikan negara ini rawan akan gempa bumi.
Baru-baru ini, sebagian besar wilayah Gorontalo diguncang oleh gempa berkekuatan 6.4 magnitudo pada 24 September 2024. Tidak sedikit warga yang masih belum memahami apa sebenarnya maksud dari magnitudo 6.4 dan seberapa besar potensi kerusakan yang dapat diakibatkannya.
Apa Itu Skala Magnitudo Gempa?
Skala Magnitudo adalah sistem pengukuran kekuatan gempa bumi yang menggambarkan besaran energi seismik yang dipancarkan oleh sumber gempa dan diukur menggunakan seismograf.
Sebelum beralih ke skala magnitudo sebagai metode utama, Skala Richter (SR) adalah yang paling sering digunakan. SR pertama kali dikembangkan oleh Charles Richter pada tahun 1934 dan menjadi skala yang paling terkenal untuk mengukur kekuatan gempa.
Penggunaan skala magnitudo membantu para ilmuwan dan masyarakat umum untuk memahami seberapa besar dan merusak suatu gempa bumi.
Skala ini mengukur momen seismik, yakni hasil kali kekuatan yang menyebabkan patahan bumi dan luas permukaan yang patah. Angka magnitudo yang dihasilkan memberi kita pengetahuan mengenai besarnya energi yang dipancarkan selama gempa.
Perbandingan Magnitudo dengan Skala Richter dalam Gempa Bumi
Namun, seiring berjalannya waktu, SR terbukti tidak akurat untuk mengukur gempa bumi yang berukuran besar, sehingga kini lebih sering digunakan skala Magnitudo Momen (MW) atau M.
Skala MW dikembangkan oleh Hiroo Kanamori dan Thomas C. Hanks pada akhir tahun 1970-an dan memberikan hasil yang lebih akurat untuk gempa bumi dengan kekuatan besar. Pada gempa dengan magnitudo 8 atau lebih, hanya skala Magnitudo yang mampu mengukurnya secara akurat.
Hal ini memungkinkan penilaian yang lebih tepat dan efisien mengenai potensi kerusakan dan langkah-langkah mitigasi yang mungkin diperlukan.
Klasifikasi dan Interpretasi Magnitudo
Gempa bumi dapat diklasifikasikan berdasarkan besaran magnitudonya. Berikut adalah pengelompokan tersebut beserta dampak yang dihasilkannya:
- Magnitudo >2.5
Magnitudo kurang dari 2.5 biasanya tidak terasa namun dapat direkam oleh seismograf. Gempa-gempa ini sering disebut sebagai gempa mikro dan biasanya tidak menyebabkan kerusakan. - Magnitudo 2.5 – 5.4
Magnitudo 2.5 sampai 5.4 sering dirasakan tetapi umumnya hanya menyebabkan kerusakan kecil. Gempa dalam rentang ini lebih umum terjadi dan meskipun mereka dapat merusak, umumnya kerusakan terbatas pada barang-barang rumah tangga dan bangunan yang tidak kokoh. - Magnitudo 5.5 – 6.0
Magnitudo 5.5 sampai 6.0 dapat menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan. Bangunan yang tidak dirancang dengan baik dapat retak dan beberapa barang interior mungkin jatuh atau bergeser. - Magnitudo 6.1 – 6.9
Magnitudo 6.1 hingga 6.9 dapat menyebabkan banyak kerusakan di daerah berpenduduk padat. Dalam kondisi tertentu, kerusakan bisa cukup luas, melibatkan bangunan, jalan, dan infrastruktur penting lainnya. - Magnitudo 7.0 – 7.9
Magnitudo 7.0 hingga 7.9 tergolong gempa besar dengan potensi menyebabkan kerusakan serius. Puluhan hingga ratusan bangunan bisa runtuh, dan akan ada banyak korban jika tidak ada langkah mitigasi yang baik. - Magnitudo >8.0
Magnitudo 8.0 atau lebih besar dapat menghancurkan wilayah di sekitar pusat gempa. Gempa seperti ini bisa mengakibatkan kehancuran masif dan memerlukan respon darurat yang signifikan.
Contoh Gempa Magnitudo Berkekuatan 6.4 dan Dampaknya
Sebagai contoh, gempa dengan magnitudo 6.4 baru-baru ini terjadi di Gorontalo pada 24 September 2024. Gempa ini menyebabkan getaran hebat yang dirasakan di beberapa daerah seperti Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Selatan.
Di beberapa tempat, intensitas mencapai skala Modified Mercalli Intensity (MMI) III-IV, dengan fenomena getaran yang cukup kuat untuk membuat air di bak mandi bergoyang dan lampu gantung bergetar.
Getaran tersebut juga menyebabkan beberapa benda di atas meja terlepas dan jatuh. Kejadian ini menyoroti seberapa besar dampak yang dapat ditimbulkan oleh gempa dengan magnitudo 6.4.
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kerusakan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan akibat gempa bumi. Faktor geografis seperti kedalaman pusat gempa, jenis tanah, dan jarak dari epicenter memainkan peran utama dalam menentukan seberapa besar gempa tersebut dirasakan di permukaan.
Misalnya, gempa yang terjadi di laut dengan kedalaman yang besar mungkin tidak dirasakan sama kuatnya seperti gempa dekat permukaan meskipun memiliki magnitudo yang sama.
Selain itu, kualitas bangunan dan infrastruktur sangat menentukan seberapa besar kerusakan yang akan terjadi. Bangunan yang dibangun dengan standar anti-gempa cenderung lebih tahan menghadapi guncangan, sedangkan bangunan yang tidak memenuhi standar bisa mengalami keruntuhan yang parah.
Kepadatan penduduk di area terdampak juga mempengaruhi jumlah korban dan besarnya kerusakan yang terjadi.
Kesimpulan
Memahami skala magnitudo dan kerusakan yang mungkin diakibatkannya adalah vital, terutama untuk negara yang rawan gempa seperti Indonesia.
Penting bagi kita untuk selalu siap siaga dan memahami langkah-langkah mitigasi dalam menghadapi bencana gempa bumi, baik melalui edukasi masyarakat maupun pembangunan infrastruktur yang tahan gempa.
Kesiapsiagaan dan pengetahuan yang memadai akan sangat membantu dalam mengurangi risiko dan dampak bencana gempa di masa mendatang.
Referensi
- News.detik.com. Pengertian Magnitudo, Skala yang Kini Dipakai BMKG
- Rri.co.id. Gempa Bumi Mag 6.4 Guncang Sebagian Wilayah Gorontalo
- Regional.kompas.com. Apa Arti Magnitudo dalam Informasi yang Digunakan BMKG?