Gempa Megathrust: Penyebab, Potensi, Zona, dan Kasusnya di Indonesia

Gempa Megathrust: Penyebab, Potensi, Zona, dan Kasusnya di Indonesia

  • Gempa megathrust adalah gempa bumi berukuran sangat besar yang terjadi di zona subduksi, di mana salah satu lempeng tektonik bumi terdorong ke bawah lempeng tektonik lainnya.
  • Pemicu utama gempa megathrust adalah interaksi antara lempeng-lempeng tektonik di zona subduksi.

Gempa megathrust adalah fenomena alam yang memiliki potensi merusak yang sangat besar dan dapat menimbulkan dampak seismik serta tsunami yang dahsyat.

Peringatan terkait gempa megathrust ini kerap kali diungkapkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia, mengingat negara kita berada dalam jalur cincin api Pasifik yang aktif secara tektonik.

Pada kesempatan ini, kami akan mengupas lebih dalam mengenai apa itu gempa megathrust, dampaknya, peta zonanya di Indonesia, serta studi kasus gempa megathrust yang pernah terjadi di Indonesia.

Apa Itu Gempa Megathrust?

Gempa megathrust adalah gempa bumi berukuran sangat besar yang terjadi di zona subduksi, di mana salah satu lempeng tektonik bumi terdorong ke bawah lempeng tektonik lainnya. Fenomena ini biasanya terjadi pada lempeng benua yang menimpa lempeng samudra yang lebih berat dan dingin.

Ketika kedua lempeng saling bersentuhan dan bergerak maju satu sama lain, hal ini menyebabkan penumpukan regangan yang akhirnya melampaui gesekan antara dua lempeng tersebut, mengakibatkan gempa megathrust yang kuat.

Zona subduksi adalah area yang rawan terhadap gempa megathrust. Aktivitas tektonik di zona ini mencakup gaya tarikan (tension), pemampatan (compression), dan geseran (shearing).

Ketika gaya-gaya ini bekerja pada lempeng-lempeng tektonik di permukaan bumi, tekanan dan regangan yang terakumulasi akan dilepaskan dalam bentuk gempa yang sangat kuat, menghasilkan energi yang sangat besar dan berpotensi merusak.

Penyebab Gempa Megathrust

Pemicu utama gempa megathrust adalah interaksi antara lempeng-lempeng tektonik di zona subduksi. Berikut adalah beberapa penyebab utama terjadinya gempa megathrust:

  1. Tekanan Tektonik
    Ketika dua lempeng tektonik berinteraksi, salah satu lempeng biasanya tersubduksi ke bawah lempeng lainnya. Penumpukan tekanan yang semakin lama semakin besar akibat gaya gesekan ini dapat menyebabkan pelepasan energi yang sangat kuat. Contohnya adalah Subduksi Sunda di Indonesia.
  2. Akumulasi Regangan
    Regangan yang terakumulasi selama bertahun-tahun di sepanjang batas lempeng meningkatkan potensi terjadinya gempa. Ketika regangan ini melebihi titik batas, pelepasan energi dalam bentuk gempa besar terjadi.
  3. Pelepasan Energi dari Zona Subduksi
    Di zona subduksi, lempeng samudra yang lebih berat tenggelam di bawah lempeng benua, dan selama proses ini energi potensial yang sangat besar terakumulasi. Ketika energi ini dilepaskan, gempa megathrust terjadi.
  4. Seismic Gap
    Seismic gap atau zona kekosongan gempa adalah wilayah dalam zona subduksi yang telah lama tidak mengalami gempa besar. Tekanan yang terakumulasi di wilayah ini dapat dilepaskan tiba-tiba, menyebabkan gempa megathrust.

Dampak Gempa Megathrust

Dampak dari gempa megathrust sangatlah signifikan. Salah satu contohnya adalah gempa Megathrust Nankai di Jepang pada 8 Agustus 2024 yang berkekuatan M7,1. Gempa ini menimbulkan kekhawatiran besar karena potensi tsunami yang dapat menjalar hingga wilayah sekitarnya, termasuk Indonesia.

“Satu gempa bumi megathrust ini setara dengan energi yang dilepaskan oleh 32.000 bom nuklir Hiroshima,” ujar Raúl Pérez-López, ahli geologi gempa bumi di Geological and Mining Institute di Spanyol.

Gempa megathrust memiliki kemampuan untuk menimbulkan kerusakan infrastruktur, bangunan, dan menyebabkan korban jiwa dalam jumlah besar. Dampak sekunder berupa tanah longsor dan likuifaksi juga sering kali menyertai gempa besar ini.

Ketika gempa ini terjadi di bawah laut, ia dapat memicu tsunami dengan pergerakan vertikal dasar laut yang besar, yang kemudian mengangkat air laut dan menciptakan gelombang besar yang bergerak dengan kecepatan tinggi ke arah daratan.

Zona Gempa Megathrust di Indonesia

Model segmentasi sumber gempa subduksi (Megathrust) di Indonesia
Model segmentasi sumber gempa subduksi (Megathrust) di Indonesia (sumber Aditya Saputra (2020) Preliminary identification of earthquake triggered multi-hazard and risk in Pleret Sub-District (Yogyakarta, Indonesia))

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki zona megathrust aktif yang signifikan. Tiga zona megathrust utama di Indonesia adalah Subduksi Sunda, Subduksi Banda, dan Subduksi Lempeng Laut Maluku. Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang sangat rentan terhadap gempa besar.

Berikut adalah beberapa zona megathrust di Indonesia:

  • Subduksi Sunda (Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba)– Subduksi ini mencakup area yang sangat luas dari barat Sumatera hingga ke timur Lesser Sunda Islands. Zona ini telah mencatat beberapa gempa besar dalam sejarah seperti gempa megathrust Aceh 2004.
  • Subduksi Banda – Mencakup wilayah tenggara Indonesia, subduksi ini adalah salah satu yang kompleks dan berpotensi menghasilkan gempa besar serta tsunami.
  • Subduksi Lempeng Laut Maluku – Wilayah ini meliputi bagian utara Indonesia dan termasuk salah satu yang aktif secara tektonik dengan potensi gempa kuat.
  • Subduksi Sulawesi – Daerah ini juga termasuk zona rawan dengan potensi gempa berkekuatan besar.
  • Subduksi Lempeng Laut Filipina dan Subduksi Utara Papua – Kedua daerah ini memiliki sejarah gempa dengan kekuatan merusak dan terus dipantau oleh ahli seismologi.

Seismic Gap di Indonesia

“Seismic gap” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan wilayah di dalam zona subduksi yang telah lama tidak mengalami gempa besar. Sejumlah ahli percaya bahwa wilayah-wilayah ini bisa menjadi titik pelepasan energi gempa berikutnya.

Dalam konteks Indonesia, dua seismic gap yang paling signifikan adalah Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.

lokasi Seismic gap Mentawai-Siberut dan Selat Sunda
Seismic gap Mentawai-Siberut dan Selat Sunda (sumber Twitter Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami)

Seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut memiliki sejarah panjang tanpa gempa besar sejak masing-masing tahun 1757 dan 1797. Para ahli berpendapat bahwa energi yang terakumulasi dalam kedua wilayah ini berpotensi untuk dilepaskan sewaktu-waktu, menciptakan gempa besar dengan kekuatan yang bisa mencapai M8,7 hingga M8,9.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyatakan bahwa meskipun waktu pasti terjadinya gempa tidak dapat diprediksi, kesiapsiagaan dan informasi terus diperbarui untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.

Kasus Gempa Megathrust di Indonesia

Indonesia memiliki sejarah gempa megathrust yang merusak. Berikut adalah beberapa contoh yang telah tercatat:

gempa megathrust adalah
Peta sejarah gempa megathrust di Indonesia (sumber Penelitian oleh Rena Misliniyati (2018) Seismic hazard mitigation for Bengkulu Coastal area based on site class analysis)

1. Gempa Megathrust 2004 di Aceh

Pada 26 Desember 2004, gempa berkekuatan M9,1 mengguncang lepas pantai barat Sumatera dan memicu tsunami dahsyat yang melanda 14 negara. Bencana ini mengakibatkan lebih dari 230.000 korban jiwa dan merupakan salah satu gempa terkuat yang pernah tercatat.

2. Gempa Megathrust Mentawai 2010

Pada 25 Oktober 2010, gempa berkekuatan M7,7 terjadi di dekat kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Gempa ini juga memicu tsunami yang menyebabkan kerusakan signifikan dan menewaskan lebih dari 400 orang.

3. Gempa Megathrust Sumatra 1833

Pada tahun 1833, gempa berkekuatan diperkirakan sekitar M8,8 mengguncang wilayah barat Sumatera. Gempa ini juga menghasilkan tsunami yang besar, meskipun rincian kerusakannya tidak sebanyak data modern.

Potensi dan Mitigasi Gempa Megathrust di Indonesia

Mengingat potensi yang besar dari gempa megathrust di Indonesia, BMKG terus memberikan peringatan dan mendesak masyarakat untuk selalu waspada. Langkah-langkah mitigasi yang dapat diambil mencakup:

1. Edukasi dan Kesiapsiagaan Masyarakat

Edukasi dan simulasi gempa serta tsunami perlu dilakukan secara berkala untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, terutama di daerah rawan.

2. Pembangunan Infrastruktur yang Tahan Gempa

Standar bangunan yang tahan gempa harus diterapkan di seluruh wilayah berisiko. Pembangunan harus memperhatikan kode-kode bangunan yang dapat mengurangi dampak kerusakan saat gempa terjadi.

3. Sistem Peringatan Dini

Pengembangan dan pemeliharaan sistem peringatan dini tsunami yang efisien dapat memberikan waktu bagi masyarakat untuk evakuasi sebelum gelombang besar mencapai daratan.

4. Monitoring dan Riset Seismik

Konsistensi dalam monitoring dan riset seismologi sangat penting untuk memprediksi dan memahami pola aktivitas tektonik. Data yang diperoleh dapat membantu dalam menyusun strategi mitigasi yang lebih efektif.

5. Simulasi dan Latihan Evakuasi

Simulasi yang melibatkan masyarakat, pemerintah lokal, dan lembaga terkait harus dilakukan secara berkala untuk memastikan kesiapan dalam menghadapi skenario terburuk.

Kesimpulan

Gempa megathrust adalah ancaman nyata yang harus dihadapi dengan serius, terutama bagi negara yang berada dalam zona subduksi aktif seperti Indonesia. Penting untuk selalu waspada terhadap potensi gempa besar melalui edukasi, mitigasi, dan kesiapsiagaan.

Sejarah telah menunjukkan bahwa gempa megathrust dapat menimbulkan dampak yang sangat merusak, seperti yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 dan Mentawai pada tahun 2010. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan dan persiapan harus terus ditingkatkan.

Untuk itu, mari kita selalu mengikuti informasi terkini dari BMKG dan instansi terkait, serta menjalankan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mengurangi risiko dan dampak dari gempa megathrust.

Dengan kerja sama antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat, kita dapat mengurangi kerugian dan menyelamatkan lebih banyak nyawa ketika bencana alam terjadi.

Editor: Diah Ayu Suci Kinasih